Tuesday, March 15, 2011

Konvergensi IFRS di Indonesia

KONVERGENSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS)


Pendahuluan
Dengan globalisasi ekonomi yang melanda semua negara di dunia, perusahaan-perusahaan memasuki lingkungan bisnis yang sangat berbeda dengan lingkungan bisnis sebelumnya. Pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pengusaha-pengusaha domestik, namun telah didatangi oleh pengusaha-pengusaha mancanegara yang membawa pengetahuan tingkat dunia. Hal ini merupakan peluang bagi pengusaha Indonesia untuk menarik investor mancanegara dalam upaya meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Sebelum investor asing berinvestasi di sebuah perusahaan, tentunya mereka membutuhkan informasi. Informasi ini didapatkan melalui laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan tentunya harus bisa dipahami dan diandalkan sampai ditingkat internasional.
Standar akuntansi yang diterapkan di Indonesia yang tadinya lebih condong ke standar akuntansi keluaran FASB (Amerika), sejak tahun 1994 sudah mulai melakukan harmonisasi dan lebih condong ke IFRS (Internasional). Apabila seluruh negara di dunia ini memakai IFRS, maka semua bisnis di dunia berbicara di dalam bahasa yang sama. Sehingga tidak ada lagi kerepotan yang dialami perusahaan multinasional untuk konsolidasi laporan keuangan dari anak perusahaan di negara-negara yang berbeda. Selain itu, tidak ada lagi kesulitan jika harus listing di pasar modal negara lain karena harus menyesuaikan laporan keuangannya dengan standar akuntansi setempat.

Sekilas Tentang Konvergensi IFRS
Pengertian IFRS
International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar akuntansi yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi International (International Accounting Standards/IAS) disusun dan dipromosikan oleh enam organisasi dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Uni Eropa (EA), Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSOC), Federasi Akuntansi Internasional (IFAC), Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan (ISAR), dan Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (IASC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan.
Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh IASC. Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Adapun tujuan IFRS adalah untuk memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimasukkan dalam laporan keuangan tahunan mengandung informasi berkualitas tinggi yang: transparan bagi pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan, menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS, dan dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.





Latar Belakang Konvergensi IFRS di Indonesia
Indonesia melakukan konvergensi IFRS karena pemerintah Indonesia (diwakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) telah memiliki komitmen dalam kesepakatan forum G-20. Hasil pertemuan pemimpin negara forum G-20 di Washington DC tanggal 15 November 2008 yaitu: memperkuat transparansi dan akuntabilitas, memperkuat regulasi, pasar keuangan yang berintegritas, memperkuat kembali kerjasama internasional, dan memperbaharui institusi keuangan internasional. Pada pertemuan selanjutnya di London tanggal 2 April 2009, menghasilkan 29 kesepakatan yang mana salah satunya adalah pencapaian satu set standar akuntansi global yang berkualitas.


Konvergensi IFRS oleh IAI
Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.
Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.
            Revisi yang dilakukan IAI tahun 1994 telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi standar PSAK ke IFRS. Selanjutnya harmonisasi tersebut diubah menjadi adopsi dan terakhir adopsi tersebut ditujukan dalam bentuk konvergensi IFRS. Program konvergensi terhadap IFRS tersebut dilakukan oleh IAI dengan melakukan adopsi penuh terhadap standar internasional (IFRS dan IAS).
Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international menuju konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang dilakukan pada tahun 2007. Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012.


Skema Konvergensi IFRS
PSAK akan dikonvergensi secara penuh dengan IFRS melalui tiga tahap, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir, dan tahap implementasi.
Tahap adopsi dilakukan pada periode 2008-2011 meliputi aktivitas adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur, evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. Pada 2009 proses adopsi IFRS/IAS mencakup :
IFRS 2 Share-based payment
IFRS 3 Business combination
IFRS 4 Insurance contracts
IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations
IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources
IFRS 7 Financial instruments: disclosures
IFRS 8 Segment reporting
IAS 1 Presentation of financial statements
IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates
IAS 12 Income taxes
IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans
IAS 27 Consolidated and separate financial statements
IAS 28 Investments in associates
IAS 31 Interests in joint ventures
IAS 36 Impairment of assets
IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets
IAS 38 Intangible assets.

Pada 2010 adopsi IFRS/ IAS mencakup :
IFRS 7 Statement of Cash Flows
IFRS20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance
IFRS24 Related Party Disclosures
IFRS29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
IFRS33 Earnings per Share
IFRS34 Interim Financial Reporting
IFRS41 Agriculture.
Sedangkan arah pengembangan konvergensi IFRS meliputi :
PSAK yang sama dengan IFRS akan direvisi, atau akan diterbitkan PSAK yang baru
PSAK yang tidak diatur dalam IFRS, maka akan dikembangkan
PSAK industri khusus akan dihapuskan
PSAK turunan dari UU tetap dipertahankan.
Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu:
Big bang Strategy
Yaitu mengadopsi IFRS sekaligus tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara-negara maaju.
Gradual Strategy
Yaitu bahwa adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini biasa dilakukan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Pada tahun 2011 tahap persiapan akhir dilakukan dengan menyelesaikan seluruh infrastruktur yang diperlukan. Pada tahun 2012 tahap implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.
Namun, proses konvergensi ini tidaklah mudah. Konvergensi ini akan sangat berpengaruh kepada semua kalangan. Misalnya: akuntan publik harus segera memperbaharui pengetahuannya dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS, akuntan manajemen/perusahaan harus melakukan gap analysis dan menyusun road map konvergensi, akuntan akademisi/universitas diharapkan memperbaharui pengetahuan para akademisi dan merevisi kurikulum dan silabus serta melakukan penelitian terkait, regulator/pemerintah perlu melakukan upaya penyesuaian regulasi yang terkait dengan pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap profesi yang terkait dengan pelaporan keuangan seperti penilai dan aktuaris.
Pada intinya arah pengembangan konvergensi IFRS meliputi:
PSAK yang sama dengan IFRS akan direvisi, atau akan diterbitkan PSAK yang baru
PSAK yang tidak diatur dalam IFRS akan dikembangkan
PSAK industri khusus akan dihapuskan
PSAK turunan dari UU tetap dipertahankan.

Permasalahan dalam Konvergensi IFRS
Dalam penerapan standar baru tentunya ada permasalahan yang dihadapi, yaitu dalam hal translasi standar internasional, ketidaksesuaian standar internasional dengan hukum nasional, struktur dan kompleksitas standar internasional, dan frekuensi perubahan dan kompleksitas standar internasional.
Translasi standar internasional
Terdapat kesulitan dalam penerjemahan IFRS (Bahasa Inggris) ke bahasa masing-masing negara. Seperti: penggunaan kalimat Bahasa Inggris yang panjang, ketidakkonsistenan dalam penggunanaan istilah, penggunaan istilah yang sama untuk menerapkan konsep berbeda, penggunaan istilah yang tidak terdapat padanan dalam terjemahannya, keterbatasan pendanaan untuk penerjemahan.
Ketidaksesuaian standar internasional dengan hukum nasional
Pada beberapa negara standar akuntansi sebagai bagian dari hukum nasional dan ditulis dalam bahasa hukum. Di sisi lain, standar akuntansi internasional tidak ditulis dengan bahasa hukum sehingga harus diubah oleh dewan standar masing-masing negara. Juga terdapat transaksi-transaksi yang diatur hukum nasional berbeda dengan yang diatur standar internasional, misalnya transaksi ekuitas untuk perusahaan di Indonesia berbeda perlakuan untuk PT, Koperasi, maupun badan hukum lainnya.

Struktur dan kompleksitas standar internasional
Adanya kekhawatiran bahwa standar internasional akan semakin kompleks karena standar mengatur secara detil langkah penyusunan laporan keuangan. Penerapan standar sebaiknya menggunakan principle-based approach. Standar hanya mengatur prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan suatu transaksi.
Frekuensi perubahan dan kompleksitas standar internasional
Standar akuntansi internasional perlu dipahami secara jelas sebelum diterapkan. Tentunya butuh waktu bagi penyusun laporan keuangan, auditor, dan pengguna laporan keuangan untuk memahami suatu standar akuntansi. Bila standar akuntansi sering berubah-ubah maka akan sulit dipahami apalagi diterapkan.

Aspek Kunci Masing-masing Prinsip dalam IFRS
Terdapat 3 aspek kunci yang berjalan melalui masing-masing prinsip yang diterapkan dalam IFRS, yaitu :
Substansi atas bentuk, dimana substansi ini harus menjadi prinsip dalam seleksi dan penerapan kebijakan akuntansi yang hanya terjadi dalam IFRS karena IFRS lebih kontemporer dan telah ditentukan perawatan untuk isu-isu berkembang.
Penggunaan nilai wajar, dimana pada saat keadaan langka, IFRS memungkinkan pengguna untuk mengadopsi kebijakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip, IFRS percaya jika manajemen perawatan yang ditentukan di bawah IFRS akan menyesatkan dan kebijakan yang diusulkan untuk diadopsi lebih baik mewakili substansi transaksi yang mendasarinya dimana konsep tersebut tidak pernah terjadi di sebagian besar kerangka GAAP. Penerapan prinsip-prinsip nilai wajar ini akan memerlukan manajemen perusahaan untuk menggunakan penilaian cukup besar dalam membuat perkiraan tentang masa depan, dan peran penilaian ahli dalam penyusunan laporan keuangan akan meningkat secara signifikan.
IFRS juga mengakui bahwa nilai uang berubah dengan waktu, oleh karena itu IFRS memerlukan piutang & hutang, akibatnya IFRS akan berfokus pada hasil kerja yang mencerminkan keadaan & urusan bisnis lebih pada dasar negara saat ini bukan di holistic jangka panjang atau dasar biaya historis.

Manfaat Konvergensi IFRS
Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada Tahun 2012. Dengan mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Manfaat yang dapat diperoleh dari konvergensi ini yaitu:
Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK yang dipakai secara internasional.
Meningkatkan arus investasi global.
Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global.
Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Dampak Konvergensi IFRS
Perubahan standar akuntansi yang bermula condong ke FASB (Amerika) menjadi condong ke IFRS (Internasional) tentu saja akan memberikan dampak di berbagai bidang, terutama dari segi bisnis dan pendidikan.
Dampak Konvergensi IFRS terhadap dunia bisnis yaitu:
Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.
Kinerja keuangan (Laporan Laba-Rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.
Smoothing Income menjadi semakin sulit dengan penggunaan balance sheet approach dan fair value.
Principle-based standards menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun yaitu bila penggunaan professional judgement ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).
Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.

Sedangkan dampak konvergensi IFRS di bidang pendidikan antara lain:
Perubahan mind stream dari rule-based (aturan) ke principle-based (tujuan kunci).
Banyak menggunakan professional judgement.
Banyak menggunakan fair value accounting.

Kesimpulan
Konvergensi IFRS di Indonesia merupakan suatu langkah tepat dalam mempersiapkan bangsa Indonesia menuju era perdagangan bebas. Dengan adanya penerapan standar global tersebut, memungkinkan keterbandingan dan pertukaran informasi secara universal. Konvergensi IFRS dapat meningkatkan relevansi informasi dari laporan keuangan perusahaan di Indonesia sehingga dapat meningkatkan arus investasi global.







Daftar Referensi

Choi et al. 1999. Dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id.

Ismoyo, Rudi. 2009. Proses Konvergensi IFRS 2012. http://acctbuzz.blogspot.com/2009/08/proses-konvergensi-ifrs-2012-di.html (diunduh tanggal 9 Januari 2011).

IAI. Sejarah SAK. http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/index.php?id=2 (diunduh tanggal 9 Januari 2010).

Jimmiyanto, Salomo. 2010. Konvergensi PSAK-IFRS 2010. http://sjimmyanto.blogspot.com/2010/12/konvergensi-psak-ifrs-2010.html (diunduh tanggal 9 Januari 2010).

Karunia, R. Luki. Harmonisasi Akuntansi Internasional. Dalam Bahan Ajar.

Sukma, Ratih. 2010. Pengadopsian IFRS ke Indonesia. http://ratihsukma.blogspot.com/2010/02/pengadopsian-ifrs-ke-indonesia.html (diunduh tanggal 9 Januari 2011)